Friday, December 12, 2008

Complain & Pelajaran Hidup

Saya merasa dikhianati Pak. Dengan nada tinggi, suara seorang client dari Malaysia malam itu memekakan telingaku selepas Magrib, saat baru saja pulang dari Bogor Nirwana Residence menyelesaikan administrasi pekerjaan. Remuk hati ini, merasa kerja keras me-maintenance client yang pertama di Malaysia yang saat itu merasa dikecewakan oleh perusahaan tempat aku kerja.Aku tidak bisa berkata apa-apa selain mengikuti naluri untuk menenangkan emosi client yang satu ini dengan seribu bahasa yang tentunya tidak menyasar langsung ke pokok permasalahan, karena menurutku pada kondisi saat itu bantahan, sangkalan, penjelasan rasional tidak akan diterima. Tiga kali berturut-turut telponku kembali berdering dan kembali kudengar keluhan, bahkan saat ini diiringi tangis kekecewaan. Saat itu juga aku cari pokok permasalahan sebenarnya dengan melakukan cross check kepada tim di Malaysia dan karyawan di Bogor, sampai pada akhirnya aku mengambil kesimpulan bahwa kekecewaan yang dikeluarkan oleh rekan bisnis di Malaysia ini semata merupakan reaksi dari informasi yang belum diterima dengan jelas karena perbedaan pandangan dan fokus antara tim aku di Malaysia dengan sang rekan bisnis. Apakah ini bentuk kecurigaan/prasangka yang tanpa sengaja saat masih di kantor, sore itu aku mencari devinisi dari curiga/prasangka di wikipedia.org? Setelah ditelusuri, memang benar bahwa klien saya belum memiliki informasi yang jelas atas kemungkinan yang akan terjadi terhadap bisnisnya. Fanally semua masalah bisa diselesaikan dengan tenang dan damai.
Akhirnya, ini adalah suatu pelajaran bahwa kondisi ideal untuk berkembang bagi satu orang akan dipandang lain oleh orang yang berbeda dengan sudut pandang dan data yang dimiliki. Itulah kenapa selama ini saya selalu mencari data sebanyak mungkin untuk dijadikan informasi sebelum memutuskan masalah. Karena tanpa data dan informasi yang jelas, suatu keputusan akan salah arah dan tidak tepat menyelesaikan. Memang dalam jiwa seorang entepreneur, intuisi itu sangat diperlukan. Namun, intuisi itu akan jauh lebih lebih efektif jika didukung dengan pertimbangan akan data dan informasi.Kedua, saat kita mendapati sepenggal data/perkataan/tulisan yang belum lengkap dan seolah merugikan kita, alangkah baiknya jika data tersebut dicari kebenarannya sebelum kita jadikan informasi. Karena data itu bersifat mentah, tidak bisa langsung dijadikan dasar pengambilan keputusan sebelum dijadikan informasi. Caranya bagaimana? Jika data itu adalah angka penjualan setiap bulan, maka bisa saya anggap bahwa informasinya adalah grafik perkembangan penjualan setiap bulan. Kemudian, berhati-hatilah dalam memilih dan mempercayai sumber data dan informasi. Jika akhir-akhir ini Lembaga Survey akan distandarisasi, mungkin itu adalah upaya untuk memastikan bahwa seluruh lembaga yang melakukan survey, melakukannya dengan metode yang terukur dan data yang valid.Begitupun, cara kita menyampaikan informasi itu harus dipastikan bisa dimengerti oleh semua pihak. Karena perbedaan sudut pandang akan merusak semuanya.



Pemilik :
www.kangajo.wordpress.com
www.kangajo.multiply.com
www.sigaresto.wordpress.com
www.sigaresto.blogspot.com

No comments:

Post a Comment