Ramadhan 1429 H ini aku takut kawan..... Takut saat pertama kali masuk Ramadhan, semangat yang membara ini hanya semata untuk mengejar target "ibadah kosong" yang mensyaratkan tidak pernah absen dalam melaksanakan tarawih dan tadarus, tapi esensi dan nilai dari ibadah yang dilakukan itu menjadi kosong.
Minggu, 21 Ramadhan 1429 H yang lalu mulai kusadari bahwa : ibadah yang selama ini aku lakukan semata hanya gerakan fisik rukuk-sujud dalam sholat-sholatku, lantunan suara saat baca Qur'an bahkan tak seperti saat aku menyanyi di Bale-Bale setelah wmployee gathering di Puncak beberapa waktu yang lalu yang begitu menghayati lirik yang disusun oleh seorang manuasia karena dirasa cocok dengan kondisiku saat itu. Bahkan untuk ayat-ayat yang diturunkan langsung oleh Sang Pencipta manusia dan seluruh mahluk tak dapat menancap dalam di sanubariku.
Aku meratapi hidup, seolah menyesali keadaan, tidak mau bersyukur atas curahan nikmat yang selama ini berlimpah Alloh berikan kepadaku hanya karena aku melihat setitik nikmat yang jatuh ke tangan orang lain dan "terlihat". Sungguh, saat itu aku memandang dengan mata yang kosong, tanpa isi dan spontanitas ratapanku itu menggambarkan bahwa sesungguhnya rasa syukur, ridho yang selama ini aku coba rasakan hanyalah semu belaka.
Aku menyesal dengan ucapan spontanitasku saat itu. Sungguh ya Alloh... aku sangat menyesal karena begitu silau mataku melihat apa yang telah Engkau berikan kepada orang lain, padahal apa yang aku nikmati selama ini jauh lebih berlimpah dibandingkan seonggok mesin yang saat itu membuat aku lupa bersyukur.
Aku tidak tahu, apakah aku pantas mendapatkan Lailaltul Qadar-Mu Ramadhan kali ini, setelah aku lewatkan Lailaltul Qadar yang lalu dengan percuma. Kinipun aku sepertinya jadi mahluk yang sombong, yang hanya banyak berbicara tanpa mampu menjadikannya itu kenyataan. Bahkan di malam ganjil kemarin (23 Ramadhan 1428 H) aku malah lelap tertidur. Dan aku bersyukur ya Alloh...karena Engkau punya cara tersendiri untuk membangunkanku setelah lewat tengah malam.
Sungguh, Ramadhan kali ini sepertinya Ramadhan terberat yang pernah aku jalani. Bulan saat syetan dibelenggu, justru aku tidak dapat membelenggu nafsuku untuk lalai terhadapMu ya Alloh. Lupa bersyukur...Kesombongan....Bergunjing...seolah jadi rutinitas di sepertiga akhir Ramadhan ini. Aku sadar...semangat juangku saat menjelang Ramadhan tidak cukup kuat, niatku tidak cukup mantap untuk melewati ramadhan kali ini dengan kebaikan.
Ampunilah segala dosa hamba-Mu ini ya Alloh...
Berilah aku kesempatan menghabiskan ramadhan ini dengan penuh kasih sayang-Mu
Berilah aku kesempatan tuk memberikan yang terbaik untuk diriku dan untuk terus bersyukur kepada-Mu
Amiiin ya...Robbal Alamin
Minggu, 21 Ramadhan 1429 H yang lalu mulai kusadari bahwa : ibadah yang selama ini aku lakukan semata hanya gerakan fisik rukuk-sujud dalam sholat-sholatku, lantunan suara saat baca Qur'an bahkan tak seperti saat aku menyanyi di Bale-Bale setelah wmployee gathering di Puncak beberapa waktu yang lalu yang begitu menghayati lirik yang disusun oleh seorang manuasia karena dirasa cocok dengan kondisiku saat itu. Bahkan untuk ayat-ayat yang diturunkan langsung oleh Sang Pencipta manusia dan seluruh mahluk tak dapat menancap dalam di sanubariku.
Aku meratapi hidup, seolah menyesali keadaan, tidak mau bersyukur atas curahan nikmat yang selama ini berlimpah Alloh berikan kepadaku hanya karena aku melihat setitik nikmat yang jatuh ke tangan orang lain dan "terlihat". Sungguh, saat itu aku memandang dengan mata yang kosong, tanpa isi dan spontanitas ratapanku itu menggambarkan bahwa sesungguhnya rasa syukur, ridho yang selama ini aku coba rasakan hanyalah semu belaka.
Aku menyesal dengan ucapan spontanitasku saat itu. Sungguh ya Alloh... aku sangat menyesal karena begitu silau mataku melihat apa yang telah Engkau berikan kepada orang lain, padahal apa yang aku nikmati selama ini jauh lebih berlimpah dibandingkan seonggok mesin yang saat itu membuat aku lupa bersyukur.
Aku tidak tahu, apakah aku pantas mendapatkan Lailaltul Qadar-Mu Ramadhan kali ini, setelah aku lewatkan Lailaltul Qadar yang lalu dengan percuma. Kinipun aku sepertinya jadi mahluk yang sombong, yang hanya banyak berbicara tanpa mampu menjadikannya itu kenyataan. Bahkan di malam ganjil kemarin (23 Ramadhan 1428 H) aku malah lelap tertidur. Dan aku bersyukur ya Alloh...karena Engkau punya cara tersendiri untuk membangunkanku setelah lewat tengah malam.
Sungguh, Ramadhan kali ini sepertinya Ramadhan terberat yang pernah aku jalani. Bulan saat syetan dibelenggu, justru aku tidak dapat membelenggu nafsuku untuk lalai terhadapMu ya Alloh. Lupa bersyukur...Kesombongan....Bergunjing...seolah jadi rutinitas di sepertiga akhir Ramadhan ini. Aku sadar...semangat juangku saat menjelang Ramadhan tidak cukup kuat, niatku tidak cukup mantap untuk melewati ramadhan kali ini dengan kebaikan.
Ampunilah segala dosa hamba-Mu ini ya Alloh...
Berilah aku kesempatan menghabiskan ramadhan ini dengan penuh kasih sayang-Mu
Berilah aku kesempatan tuk memberikan yang terbaik untuk diriku dan untuk terus bersyukur kepada-Mu
Amiiin ya...Robbal Alamin
No comments:
Post a Comment